“Kamu hamil ya??”, kata Mama spontan di tengah perbincangan kami,
Aku yang sedari tadi asyik
makan rujak manis hampir kesedak gara2 pertanyaan Mama yang tiba2 itu.
“Gak lah Ma”, kilahku sambil menuang air putih.
“Emang kapan terakhir mens??”, kejar Mama
Deg! Oiya, kapan ya??
Kayaknya udah lama juga gak mens.
Seingetku…. Astaga tgl 5 Februari!! Itu artinya udah satu setengah bulan yang
lalu. Kali ini aku berhenti makan dan menoleh ke Mama,
“Limaaa Fe..bru…a…ri……”,
“Sekarang udah tanggal 20 Maret.. kamu udah cek belum??,” tanya Mama sambil cekikikan.
Hah?? Hamil ya? Ah masa iya
sih secepat ini aku hamil? Baru tgl 12 Januari kemaren aku married, terus
sekarang udah telat mens aja. Honestly, telat mens bukan sesuatu yg
baru sih. Udah seeriiing banget telat mens, bisa 2 bulan sekali, bahkan 3 bulan
sekali aku mens. Dulu waktu masih belum nikah sih, mau telat seberapa lama juga
sebodo amat, lagian gak ngerasa sakit apa2, jadi cuek2 aja.
Tapi sekarang? Gak bisa secuek itu juga.. walopun tadi masih diingetin sama
Mama sih, hhehe. Iya, ini udah telat 44 hari, harusnya aku cek.
Well, akhirnya malam itu, aku
minta Kakakku, Adi, buat nganterin beli testpack di Alfam*rt. Malam itu udah
gak sabar pengen ngecek, tapi kata Mama mending besok pagi karna pipisnya masih 'bersih' istilahnya, jadi hasilnya lebih akurat. Ya,ya, aku harus bersabar sampe
besok pagi.
Esok paginya, aku langsung
cek. Agak kikuk sebenernya karna ini pertama kalinya aku megang testpack. That small thing will bring big news in a moment..
Menunggu
garis merah itu muncul, aku jadi keingat teman SMA yang dulu pernah bilang
kalo aku bakal susah hamil karna jadwal mens ku yang gak teratur. Emang kalo dibandingin sama temen-temen yang periodenya teratur sih sempet ketar-ketir juga kalo sampe beneran apa yang dibilang temenku itu.. ahh naudzubillah..
Garis merah itu muncul.
Awalnya satu. Lalu disusul garis merah kedua. Samar. Tapi akhirnya cukup jelas
untuk memastikan bahwa ada dua garis merah disitu. Iya, dua garis merah. Itu
artinya…aku positif hamil.
Selama beberapa saat aku
terus memandangi dua garis merah itu. Menimbang-nimbang dengan perasaan yang
aku gak tau sebenernya seperti apa. Bukan perasaan yang syukur-alhamdulillah
bisa hamil. Lebih tepatnya belum. Belum. Karna waktu itu aku masih meraba, hamil itu
seperti apa? Ya, aku sering melihat orang hamil, tapi bagaimana itu bisa
terjadi pada diriku sekarang? apa aku bakal bahagia? Apa aku bakal berubah?
Jadi perutku sebentar lagi gak akan serata ini? 9 bulan lagi bakal ada bayi
yang keluar dari rahimku? Seperti itukah?
Aku benar2 tak tau bagaimana
perasaanku. Maksudku.. hei, aku hamil, terus apa selanjutnya?
Jeglek. Pintu kamar dibuka.
Mama muncul dari balik pintu sambil bertanya,
“Gimana?”
“Hamil.” Aku menjawab datar tanpa ekspresi.
“Tuuuh kaaan, Mama beneeer”, ucap Mama seraya melangkah ke arahku,
“Selamat ya anak Mama,” disusul cium agak keras di kening dan senyumnya yang mengembang.
“Mama mau ngasih tau Papa. Kamu buruan telpon Canggih!”.
Aku masih memandangi Mama
sampai Mama keluar dari kamar.
Ah ya, telpon Mz! Aku
langsung menyambar handphone di atas meja kamarku. Tak butuh waktu lama untukku
menunggu telpon dijawab dan kalimat pertama yang meluncur dari mulutku bukan
salam tapi..
“Aku hamil.”
“Hah?? Yang bener? Udah dicek? Kapan?
“Barusan. Dan aku positif.”
“Alhamdulillah………”
Dan kalimat2 yang meluncur
dari bibirnya cukup membuatku membisu. Dia terdengar benar2 bahagia diujung
telepon sana. Dia membayangkan bagaimana dia akan menjadi seorang ayah dan
bagaimana kami nanti akan jadi keluarga yang sempurna dengan anak yang ganteng
yang bisa diajaknya main bola. Dia membayangkan bagaimana cantiknya kalo anak
ini punya mata seindah mataku dan hidung yang mancung seperti kami. Dan banyak
hal lain yang cukup membuatku membeku. Aku mendengar setiap perkataannya dan
kebekuan itu cair saat pipiku basah. Seperti ada embun sejuk yang langsung
menyergap hatiku yang tadinya pias. Aku, dengan telat dan begonya, baru merasa
bahagia. Bahagia tak terkira sampai air mata yang berbicara. Bahagiaku langsung
meluber sampai aku tak bisa berkata. Ditampar dengan sangat cantiknya bahwa ini
adalah karunia yang luaaar biasaaa. Hey, ada keajaiban dalam perutku dan aku
salah satu dari sekian wanita beruntung yang mendapatkannya!
Oh Tuhanku, Allah.. Allah..
syukur Alhamdulillah Ya Allah… aku hamil. Aku hamil Ya Allah.. Terimakasih..
terimakasiiihhh..
Esoknya, setelah mengantar
Mama terapi ke RSU, aku sekalian USG kandungan dan ternyata, he’s already 5
weeks in my belly. God, I still cant believe that there’s something in the USG
screen that doctor said it was my son. Anakku…. Itu calon anakku ada disana… *nahan nangis* telhaluuuuu...
Tiba2 keinget apa aja yang
udah aku lakuin selama 5 minggu kebelakang. Mulai dari minum cola/soda, mie
instan, antibiotik, nanas, dan yang lainnya yang itu sangat mungkin
membahayakan janinku. Aku langsung menyadari kebodohanku. How could I didn’t
realize that I’d been late for my period?? How could I endanger him
carelessly?? How fool I am… L
Tapi dokter cukup menenangkan
kalo babyku oke. Dan mungkin karna ketidaktahuanku, Allah masih memberi
kekuatan yang sangat besar buat dia. Sekali lagi, syukur tak terkira
Alhamdulillaaah..
Duh Nak, maafin Mama.. Kamu
yang kuat ya di sana… yang kuat! Mulai hari ini Mama gak akan sembarangan, Mama
akan jaga kamu, Insyaallah ketemu 35 minggu lagii yaa..
u’re my son, and
u must be strong!
Love is in the air :)