Masuk ke trimester terakhir
dari kehamilan pertamaku, gembira rasanya karna sudah memasuki bulan2 terakhir,
semakin dekat dengan kelahiran putra pertama kami. Aku mulai merasa ada
tendangan2 yg membuatku perutku menonjol dan bergolak lucu. Hahaha, aku sangat
menikmatinya. Dia bisa menendang dari sisi kiri, berputar, menendang perut
sebelah kanan, seperti meninju, seperti detak jantung yang berirama beraturan,
yang ternyata adalah cegukan alias hiccup, hahaha.
Di rumah, aku sering membuka bajuku, mengelus perutku langsung sambil
seolah-olah bicara padanya. Aku merasa dia merespon. Well, disaat aku bicara
dan tiba2 saja, secara kebetulan, dia menendang, aku akan sangat gembira,
bahkan sampai menelpon Mz hanya untuk menceritakannya. Tidak, aku tak bisa
menunggu sampai dia pulang, ini hal yg sangat spontan dan aku akan lebih
bahagia waktu mendengar tawa Mz di ujung telpon :D
Di trimester ini aku mulai
ada aktivitas yg cukup menguras tenaga. Aku mengajar di bimbel, berkisar 4-6 jam
seiap harinya. Berdiri di depan kelas, menerangkan, naik turun tangga,
berjalan. Aku anggap itu olahraga pun supaya aku gak kesepian di rumah. Setidaknya
waktu ngajar aku bisa bertemu dengan teman2 sesama pengajar dan juga murid2 SMA
ku. Mereka sangat perhatian bahkan untuk hal sekecil : aku tidak boleh makan
telat, antar-jemput naek motor, dipinjami payung waktu aku ngotot pulang jalan
kaki, diberikan dispensasi untuk gak ikut rapat malam hari. Don’t u think that
it’s so sweet actually?? aku merasa berkelimpahan perhatian. Mungkin karna aku
satu2nya yg hamil saat itu. Aku sangat bersyukur.
Beban di perutku semakin
terasa. Aku jadi gampang lelah kalo harus naek turun tangga dua kali saja. Apalagi
berjalan-jalan di mall, rasanya betisku bengkak dan tak kuat lagi melangkah. Aku
merasa lemah. Tapi sebenernya tubuhku masih kuat, dalam artian aku gak sampe
lemes dan makanku masih banyak. Kalo boleh dibilang super banyak. Hahaha..
Awal oktober, tepat 8 bulan
kehamilanku, tersiar pengumuman magang di Malang. Aku harus kesana padahal
posisiku masih di Bintaro. Awalnya bimbang mau naek transport apa, tapi akhirnya
memutuskan untuk naek pesawat karna gak bakalan betah seharian duduk di kereta
sendirian. Akhirnya aku dan Mz pergi ke dokter kandungan langganan kami,
menanyakan keadaan dan kemungkinan untuk naek pesawat. Alhamdulillah, dedek di
perut cukup oke untuk dibawa terbang.
Di bandara, aku terpaksa
harus berbohong pada petugas tentang usia kehamilanku yg sebenernya tidak
diperbolehkan untuk naek pesawat. Mereka percaya dengan usia kandungan yg
kubilang 5 bulan. Mungkin karna maxi dress yg kupakai, jadi bulatnya perutku
bisa tersamarkan.
Aku sampai di Malang dengan
selamat. Tidak ada keluhan yg aku rasakan kecuali lapar yang amat sangat #sudahbiyasaaa
:D well, inilah trimester ketiga. Dimana bulan2 menuju tanggal kelahiran
seperti merangkak dan terasa lebih lama.
Sebulan lagi kita ketemu
Sayangkuu..
selaksa doa dari Ayah dan Ibumu. We <3 you. :)