Seminggu berada di Malang dan
memastikan Mama cukup oke untuk ku tinggal, aku pun langsung balik ke Bintaro.
Kangen juga sama Mz. Aku ingin memeluknya erat dan mengabarkannya seakan dia
belum pernah mendengar berita kalo aku hamil. Aku ingin melihat ekspresinya
langsung di depan mataku dan memegang pipi ayah dari anak yang ku kandung
sekarang ini.
Tapi jelas bukan ekspresi
menggebu-gebu seperti yang kuharapkan itu yang kudapatkan dari Mz. Dia bukan
tipe orang seperti itu, harusnya aku sudah menyadarinya sedari awal. Tapi aku
jelas melihat senyum dan binar matanya yang memandangku lebih lama. Pelukan
yang lebih erat lebih dari biasanya. Entah karna rindu seminggu tak bertemu,
entah karna aku yang bersemangat mengulang kabar kehamilanku itu. Tapi yang
jelas aku sangat menikmati pelukan hangatnya..
Dia,
laki2 yang akan mewariskan sifat dan bentuk fisik pada janin yang kukandung.
Aku memegang pipinya,
“Selamaaat yaaa.. bentar lagi mau jadi ayah!” dan dia langsung mengecupku. :)
Jadii.. ini sudah 6 minggu.
Kalo dihitung berarti aku sekarang memasuki trimester pertama. Kebahagiaan kalo
aku mengandung ternyata semudah itu tergusur berganti dengan mual mutah yang
cukup merepotkan. Ya, seperti ibu hamil pada umumnya, aku pun harus mengalami
morning sickness. Mual dan mutah ini benar2 mengganggu. Aku sama sekali tak
bahagia dengan ini. Janin yang kukandung belum terasa di perutku, tapi aku
sudah seperti orang pesakitan yang gak bisa melakukan hal yang berarti bahkan
untuk diriku sendiri.
Segala pekerjaan rumah mulai dari bersih-bersih, mencuci hingga menyetrika semuanya Mz yang mengerjakan. Memasak? jangan ditanya. Bau bawang saja aku sudah mual luar biasa. Minum air putih setengah gelas saja maka sudah cukup jadi pemicu untuk memutahkan segala yang kumakan kemaren malam. Jalan-jalan? aku sudah cukup lelah bahkan aku kekurangan darah sehingga butuh suplemen tambahan.
Aku cuma bisa terbaring di tempat tidur. Ya, persis seperti orang pesakitan. Aku saja jijik melihat diriku yang lusuh, lemas, tak bergairah, kusam, dan segala teman-temannya itu.
Hingga usia kehamilan 14 minggu, aku masih mengalami mual
mutah dan nafsu makanku lenyap. Aku gak bisa makan nasi, makan apapun gak ada
selera sama sekali. Yang bisa masuk ke perutku hanya sekitar buah, jus, ubi dan
jagung. Mz benar2 mengkhawatirkan giziku yang jelas akan berdampak pada
janinku. Di trimester pertama ini harusnya giziku lengkap dan sehat karna ini
adalah saat-saat pembentukan otak janin. Bagaimanapun aku mencoba untuk
memasukkan makanan, tak akan bertahan lenih dari 20 menit diperutku. Setelahnya
akan berakhir di tempat pembuangan sebagai mutahan yang sia2. Kalo sudah begitu
mood ku akan sangat kacau. Memasukkan makanan itu butuh perjuangan ekstra untuk
menahan mual dan memotivasi diri sendiri, tapi dengan mudahnya terbuang begitu
saja hingga lemas seluruh badanku. Alhasil, di usia kehamilanku ini, berat
badanku bukannya naik tapi malah sukses turun 3 kg. selamat! L
Trimester pertama ini benar2
jadi ujian buat kami. Mz harus dengan ekstra sabar meladeniku yang secara spontan
berhenti dari kegiatan rutin rumah tangga sehari-hari. Belum termasuk hal-hal lain yang
menguras tenaga, kesabaran, dan perhatiannya, seperti menyuapiku makan di sela2
jam makan siangnya; menahan kesabaran saat tiba2 moodku kacau dan aku menangis
karna hal yang sangat sepele; mengganti sprei yang terkena mutahanku; siap
untuk bangun tengah malam kalo tiba2 aku merasa mual dan memijit pundakku
hingga aku merasa baikan. Pun dia harus bolak-balik Bogor-Bintaro setiap hari
saat ada tugas luar kota yang memaksanya meninggalkanku. Delapan minggu yang
cukup melelahkan. Delapan minggu yang benar-benar baru, menguras emosi dan tenaga, dan tidak terduga sebelumnya.
Trimester pertama ini
diakhiri tepat di hari ulang tahunku, yang secara mengejutkan, perutku mampu
menampung nasi bebek surabaya tanpa dikeluarkan lagi. Dan aku merasa sangaaat
luar biasa bahagia!! Selama beberapa minggu tak bisa menikmati nasi, kali ini
aku menghabiskan separuh porsi nasi putih tanpa mual dan mutah dan aku merasa
sangat sehat. Hhahaha. Sepanjang perjalanan, aku dan Mz benar2 membahas separuh
porsi nasi putih tadi dan berharap ini memang akhir dari trimester pertama yang
menguji kesabaran kami.
Sepertinya akan mustahil
bagiku melewati trimester pertama ini tanpa kesabaran dan dukungannya. Aku tau
aku menikahi laki2 yang sangat baik, tapi sekarang aku menemukan bahwa dia
menjelma menjadi lebih dan lebih dari sekedar istimewa. Dan aku adalah wanita
beruntung yang menjadi pilihannya. He’s an almost-perfect man in my life.
Finally, we ended it up well. Delapan minggu yang pada akhirnya bisa kami kenang karna kami mengakhirinya dengan, well if you let me say, cukup baik, terlepas dari apa yang kami lalui, tapi disini aku melihat kerjasama antara aku dan Mz.
Thanks Allah for giving me the chance to feel this miracle and bleseed with great husband that i never imagined before. Never enough to say Alhamdulillah :)
,
0 comments:
Post a Comment