Terlalu
klise kalo bilang cinta yang menyatukan.
tapi
apalagi kalo bukan itu?
Sejak
awal kami jatuh cinta, kami tau kami sungguh berbeda. Kutub utara dan kutub
selatan memang jauh letaknya. Tapi pada dasarnya kami mencinta.
Aku
sering menertawakan dia yang datang pertama di kelasnya, terlalu pagi. Dia
defense dengan segala alasannya, dan kami berdebat, tertawa. Anehnya, dia tak
tersinggung. Tau darimana? Dia selalu memberitahuku ketika hal yang sama
terjadi, berkali2. Dan responku tetap sama, menertawakannya. Aku tak kehilangan
jati diriku dan tak menyembunyikan ejekan itu. Dia tau aku tak bermaksud
menghina.
Pun
dia sering menasehatiku panjang lebar kalo aku sering datang terlambat, tidur
di kelas, tak belajar, tapi toh aku malah menanggapinya dengan becanda. Aku tau
maksudnya baik, tapi cara kami belajar sungguh berbeda. Jadi bagiku itu
kuanggap lelucon saja. Apa dia tersinggung? Sepertinya tidak, buktinya dia
masih terus mengingatkanku sampe sekarang.
Dia
memang tak hobi menyanyi, tapi dia tak pernah menyuruhku diam ketika aku ingin
menyanyi. Kapanpun. Pernah dia menahan mulas perutnya tapi dia tak menggedor
pintu kamar mandi untuk menyuruhku keluar. Dia lebih rela menunggu, karna
sebentar lagi laguku selesai.
Dia
tak hobi menyanyi, tapi dia tak pernah menolak ketika kuajak ke tempat karoke.
Walhasil di situ aku menyanyi sepuasnya, tak perlu gantian, memilih lagu apapun
yang kusuka. Dia mendengarkanku bernyanyi, bertepuk tangan, manggut2,
tersenyum, memuji, dan sesekali setuju untuk berduet denganku.
Masalah
klayapan? Yang ku tau dia tak pernah kemana2 untuk sekedar jalan2. Dia pergi
untuk tujuan tertentu seperti: mengajar atau membeli sesuatu. Dan ketika
bersamaku, dia menemaniku kapanpun. Kemanapun aku pergi, dia akan berusaha
menemani, mencari jalan ke tempat tujuan, ngeprint peta. He prepare almost
everything about the itinerary. Hampir tak pernah dia absen menemaniku. Dia
merasa harus melindungiku, dan kami menikmati petualangan kami. Siapa yang tak
suka bepergian dengan yang terkasih, itu katanya dulu.
Sebaliknya,
untuk bisa ‘bertahan’ di rumah, kami nonton film berdua. Atau saling berbagi
cerita, membahas cita2, travelling selanjutnya, dan berapa uang yang kita
punya. Dan berhubung sekarang ada Juna, rumah terasa lebih meriah. Sekarang,
bertiga di rumah sungguh menyenangkan walopun sesimpel makan bersama.
Masalah
olahraga, aku suka bandel. Paling males ikut senam dan kegiatan berkeringat
lainnya. Kalo memang harus berkeringat, aku lebih memilih bersih2 rumah.
Kalo sudah sakit, dia sering bilang itu karna aku jarang olahraga. Hahaha. Dan
ketika aku sakit, dia jadi super perhatian. Dipijitin siang malam. Hihihih. Dia
tak pernah melarangku minum obat, tapi dia bersikukuh kalo demam dan flu ku
bisa sembuh sendiri kalo aku makan banyak. Sayangnya aku bukan tipe orang yang
sabaran,hehehe.
Walopun
kami, masing2 sudah berpenghasilan sendiri, tapi kami tak memisahkan harta
kami. Dia tak pernah mengambil uang di rekeningku, tapi aku selalu mengatakan
berapa uang yang ku punya. Dalam rumah tangga, tak ada uangku dan uangmu. Yang
ada hanya uang kita dan utang kita. Aku tak membahas syariat disini. Ada
beberapa hak istri tapi aku tak keberatan kalo semisal itu dipake suami. Aku
bukan tipe orang yang sangat perhitungan. Bisa dikatakan boros. Jadi aku sangat
percaya kalo dia mengatur keuangan kami, invest di mana, dan berapa jumlahnya.
Semua didiskusikan. Kami tak memperhitungkan sumber keuangan berasal dari
siapa. Toh kami menikmatinya berdua.
Selama
2 tahun perkawinan, yang mana itu masih sangat amat jauh dari sempurna, kami
masih terus belajar dan masih jauh dari kata baik.
Tentang
satu pertanyaan di awal “bagaimana kau tau dia jodohmu?”
Sejatinya
kau tak akan pernah tau. Yang kau tau, bersamanya menghapus gelisahmu,
menghapus keraguan akan masa depan dan cita-citamu,
menghapus
kebimbangan akan kesiapan kita menjadi pasangan dalam ikatan pernikahan,
meyakinkan
kita bahwa semuanya adalah proses dan pembelajaran dank au ingin melalui
bersamanya,
bahwa
bersamanya juga kau ingin melahirkan darah dagingnya, membuatnya bangga,
memasakkannya
sup ayam dan sambal terasi favoritnya walopun kau tak suka memasak,
rela
melakukan sesuatu yang dia suka untuk sekedar ikut menorehkan senyumnya,
menemaninya
kemanapun untuk memastikannya aman, walaupun kau lebih suka tidur di rumah,
tersenyum melihatnya tertawa puas
setelah berhasil menyanyikan lagu Beyonce-nya,
bahwa sejatinya kau mengagumi
keunikannya, walopun tak mengatakannya,
menerima kelemahannya dan kau
mendorongnya untuk menjadi lebih baik,
tak memaksa yang diluar
kemampuannya,
mencintai keluarga yang lebih dulu
mencintainya,
Dan ketika kau membaca ini semua,
orang itu selalu ada dalam pikiranmu. Mungkin dia jodohmu. Mungkin. Rahasia
jodoh terlalu dalam untuk dikuak sampe kapanpun. Tak ada yang tau. Tapi
bukankah sebaiknya kita tak usah tau? karna Tuhan sudah mengatakan: Jodoh dan
kematian itu rahasia-Nya :)
dengan kamu,
semua terasa mungkin
|