Sekitar 20menit
perjalanan, akhirnya kita sampai di dermaga. Kami sengaja melepas sandal dari
awal naek perahu dan tidak berniat memakainya setiba di dermaga. Kaki telanjang
kami menapak pasir UJ. “Hahahah, kita disini!,” aku tertawa memandanganya, tak
percaya bahwa kami akhirnya mendarat di pulau yang bahkan baru pertama kali
kami dengar. Dia tersenyum lebar memandangku. Genggaman tangannya semakin erat. Berdiri menikmati senja
yang memerah indah.
Sayang,senjanya gak seindah tangkapan kamera digital.
Well at least u could imagine how beautifull the sunset with ur lovely beside u J
|
Hal pertama yg kami
cari jelas musholla dan….toilet!
Hari udah semakin
gelap dan sudah saatnya untuk berbuka. But then, there’s a lil problem we had.
Saat ngambi uang dari dompet untuk bayar tolilet, kami baru nyadar kalo kami
ternyata cuma bawa sedikit cash dan
celakanya disini sama sekali gak ada ATM. Well, kartu ATM yang biasa jadi
andalan jadi useless. Berasa kayak di antah berantah lah ini.
Kami memutuskan untuk
berjalan menyusuri perkampungan pesisir ini. Ternyata disini perkampungannya
cukup padat. Rumah berjajar rapi dan asri. Pepohonan merindangi atap rumah
penduduk dan di sore itu kami menemui banyak dari mereka yang menyapu halaman. Rajin
yaa! :D Penduduknya juga ramah. Ketika kami lewat dan menyapa, mereka dengan
santun menawarkan kami mampir dan membalas senyum. Perkampungan kecil yang
padat ini cukup menyenangkan karena lingkungannya terbilang bersih. Disana-sini
banyak palang slogan tentang kebersihan dan tempat sampah yang memang
diletakkan teratur.
Kami sampai di warung sederhana
di depan rumah salah seorang penduduk. Dalam keremangan cahaya lilin kami
memesan makan seadanya: telur asin, sayur kangkung, dan teh manis. Masakannya
cukup enak. Ditambah ibu penjualnya sangat ramah dan menawarkan lagi sayurnya
jika kami merasa kurang. Karena puasa makanan itu lahap kusikat.
Alhamdulillah,nikmatnya.. J. Dari
percakapan dengan pemilik warung akhirnya kami tahu ternyata listrik dari PLN
memang padam sejak 2 minggu yang lalu karena kabel listrik yang ditanam di
dasar laut mengalami kerusakan dan kabarnya bakal tetap padam sampai minimal
sebulan lamanya. Pantas saja hanya ada beberapa rumah warga yang memakai genset
yang menyalakan lampu rumah. Mungkin kami kurang beruntung.
Setelah makan kami
menyusuri pantai dan duduk di dermaga. Well, kami duduk disana, menantang
kencangnya angin pantai yang menyapu dermaga. Menikmati angin merah yang lama2
memudar dan menyatu dengan langit malam. Kami duduk bersila, bercerita, dan
bernyanyi. Kami pun bertakbir atas nama Allah. Di malam Iedul Adha kali ini
kami melewatinya dengan cara yang tak biasa. Sesaat terbersit rindu pada rumah
dan keluarga.
Malam semakin
beranjak, dan kami pun akhirnya memutuskan untuk tidur di pondok terbuka di
pinggir pantai. Ini kesepakatan kami, karena uang untuk menyewa kamar hanya
cukup untuk 1 kamar saja. Dan tentu saja usulnya untuk menyewakanku kamar
sementar a dia tidur di masjid ku tolak mentah2. Kami pun beranjak dari dermaga
dan mencari pondok yang cukup terang dan dekat dari rumah penduduk. Secara kami
cuma berdua, dan orang pasti berfikiran yang tidak2 jika kami tidur di pondok
yang gelap -..-
Disanalah kami memutuskan
untuk bermalam. Ternyata tidur disana tak semudah yang kami kira. Terpaan angin
semakin malam semakin kencang dan itu membuat kami kedinginan dan mata sulit
terpejam. Tak ada persiapan. Hanya jaket yang kami kenakan yang melndungi
tubuh. Tak ada sleeping bag, selimut atau tenda. Sejenak kami sempat bertekad
untuk membeli tenda sesampai di Jakarta nanti. Untuk sekarang tak ada jalan
lain, kami harus bisa menyesuaikan diri dan tidur karena sehari ini cukup
melelahkan. Tidur malam ini atau tepar esok hari. Hampir 2 jam kami hanya
terpejam. Tak bisa tidur. Desperate dalam lelah dan ngantuk kami pun berupaya
mencari cara. Seperti kata pepatah yang mengatakan: dalam keadaan terdesak akal
pun bekerja, saat itulah kami baru menyadari ada dipan bambu yang cukup lebar
yang akhirnya kami sandarkan di depan pondok kami untuk menghalau angin.
Syukurlah cara ini ternyata cukup ampuh. Kami pun tertidur pulas sampai esok
pagi.
These what backpacker do. So do we! ;D |
Bangun dari tidur,
kami merasa benar2 fresh. Setelah sarapan dengan air mineral dan snack yang
dibeli kemarin malam, kami pun berjalan mencari toilet terdekat. Setelah itu
kami menelusuri sepanjang pantai lagi dan sampai di reservasi pohon bakau.
menikmati angin pantai pagi hari, segarrrr... :D |
Tak puas dengan
pantai, kami mencoba menjelajah ke dalam perkampungan hingga hutan bakau dan
danau kecil yang kami temui di belakang. Di hutan kecil di belakang
perkampungan nyamuknya bener2 ganasss! Sekalipun udah lari sampe jumpalitan
nyamuk2 itu tetep keukeuh nemplok di kaki dan tangan. Sampe2 aku pun turun
tangan mbantu nempokin nyamuk2 itu saking banyaknya. Untung akunya pake baju
panjang jadi aman, hueheheh..
sebenarnya ini spot yg bagus buat foto -,- |
Puas dengan jalan2
kami pun berhenti sejenak di pondok pinggir pantai untuk menikmati sarapan nasi
uduk yang kami dapat dari penjual keliling. Menikmati sarapan di pinggir pantai
itu hal yang benar2 tidak biasa dan itu mungkin yang membuat kami benar2
exciting melakukan apapun disini.
just a pict! :) |
Sehabis sarapan dan
bercanda dengan air laut, kami pun tertidur ditimpa angin sepoi2.. memang
suasana yang sangat nyaman, kantuk pun tak dapat ditahan. Sejam tidur pun cukup
membuat kami segar kembali. Beranjak dari pondo, kami memilih menyusuri timur
pantai yang belum kami jamah. Ternyata dan ternyata disana ada pantai yang sepi
dan jauh lebih bersih dari pesisir dekat dermaga yang kami telusuri dari
kemarin. Beruntung kami masih sempat kesini dan berenang atau lebih tepatnya
mengambang selama berjam2. Persis di pinggir pantai ada warung yang menjual es
kelapa muda dan sekaligus menyewakan ban pelampung dengan harga yang sangat
murah untuk daerah wisata. Untuk ban kecil dihargai 5ribu saja sedangkan ban
besar 7ribu rupiah sepuuuasnya. Murah kan?
Well,Inilah best part
dari petualangan pertama kami di Untung Jawa. Sampai kami lupa untuk
mengabadikannya, hehehe. Well, I guess I cant tell u anything but we were floating
in the sea with hands holding each other ^^
Selepas itu kami pun
memutuskan untuk pulang dan kembali ke
Jakarta J
makan otak-otak enak dan murah! |
0 comments:
Post a Comment