Tuesday, 8 May 2012

Untung Jawa Island and Our Story -part 2-


Sekitar 20menit perjalanan, akhirnya kita sampai di dermaga. Kami sengaja melepas sandal dari awal naek perahu dan tidak berniat memakainya setiba di dermaga. Kaki telanjang kami menapak pasir UJ. “Hahahah, kita disini!,” aku tertawa memandanganya, tak percaya bahwa kami akhirnya mendarat di pulau yang bahkan baru pertama kali kami dengar. Dia tersenyum lebar memandangku. Genggaman tangannya semakin erat. Berdiri menikmati senja yang memerah indah.
Sayang,senjanya gak seindah tangkapan kamera digital.
Well at least u could imagine how beautifull the sunset with ur lovely beside u J

Hal pertama yg kami cari jelas musholla dan….toilet!
Hari udah semakin gelap dan sudah saatnya untuk berbuka. But then, there’s a lil problem we had. Saat ngambi uang dari dompet untuk bayar tolilet, kami baru nyadar kalo kami ternyata cuma bawa sedikit cash dan celakanya disini sama sekali gak ada ATM. Well, kartu ATM yang biasa jadi andalan jadi useless. Berasa kayak di antah berantah lah ini.
Kami memutuskan untuk berjalan menyusuri perkampungan pesisir ini. Ternyata disini perkampungannya cukup padat. Rumah berjajar rapi dan asri. Pepohonan merindangi atap rumah penduduk dan di sore itu kami menemui banyak dari mereka yang menyapu halaman. Rajin yaa! :D Penduduknya juga ramah. Ketika kami lewat dan menyapa, mereka dengan santun menawarkan kami mampir dan membalas senyum. Perkampungan kecil yang padat ini cukup menyenangkan karena lingkungannya terbilang bersih. Disana-sini banyak palang slogan tentang kebersihan dan tempat sampah yang memang diletakkan teratur.
Kami sampai di warung sederhana di depan rumah salah seorang penduduk. Dalam keremangan cahaya lilin kami memesan makan seadanya: telur asin, sayur kangkung, dan teh manis. Masakannya cukup enak. Ditambah ibu penjualnya sangat ramah dan menawarkan lagi sayurnya jika kami merasa kurang. Karena puasa makanan itu lahap kusikat. Alhamdulillah,nikmatnya.. J. Dari percakapan dengan pemilik warung akhirnya kami tahu ternyata listrik dari PLN memang padam sejak 2 minggu yang lalu karena kabel listrik yang ditanam di dasar laut mengalami kerusakan dan kabarnya bakal tetap padam sampai minimal sebulan lamanya. Pantas saja hanya ada beberapa rumah warga yang memakai genset yang menyalakan lampu rumah. Mungkin kami kurang beruntung.
Setelah makan kami menyusuri pantai dan duduk di dermaga. Well, kami duduk disana, menantang kencangnya angin pantai yang menyapu dermaga. Menikmati angin merah yang lama2 memudar dan menyatu dengan langit malam. Kami duduk bersila, bercerita, dan bernyanyi. Kami pun bertakbir atas nama Allah. Di malam Iedul Adha kali ini kami melewatinya dengan cara yang tak biasa. Sesaat terbersit rindu pada rumah dan keluarga.
Malam semakin beranjak, dan kami pun akhirnya memutuskan untuk tidur di pondok terbuka di pinggir pantai. Ini kesepakatan kami, karena uang untuk menyewa kamar hanya cukup untuk 1 kamar saja. Dan tentu saja usulnya untuk menyewakanku kamar sementar a dia tidur di masjid ku tolak mentah2. Kami pun beranjak dari dermaga dan mencari pondok yang cukup terang dan dekat dari rumah penduduk. Secara kami cuma berdua, dan orang pasti berfikiran yang tidak2 jika kami tidur di pondok yang gelap -..-
Disanalah kami memutuskan untuk bermalam. Ternyata tidur disana tak semudah yang kami kira. Terpaan angin semakin malam semakin kencang dan itu membuat kami kedinginan dan mata sulit terpejam. Tak ada persiapan. Hanya jaket yang kami kenakan yang melndungi tubuh. Tak ada sleeping bag, selimut atau tenda. Sejenak kami sempat bertekad untuk membeli tenda sesampai di Jakarta nanti. Untuk sekarang tak ada jalan lain, kami harus bisa menyesuaikan diri dan tidur karena sehari ini cukup melelahkan. Tidur malam ini atau tepar esok hari. Hampir 2 jam kami hanya terpejam. Tak bisa tidur. Desperate dalam lelah dan ngantuk kami pun berupaya mencari cara. Seperti kata pepatah yang mengatakan: dalam keadaan terdesak akal pun bekerja, saat itulah kami baru menyadari ada dipan bambu yang cukup lebar yang akhirnya kami sandarkan di depan pondok kami untuk menghalau angin. Syukurlah cara ini ternyata cukup ampuh. Kami pun tertidur pulas sampai esok pagi.
These what backpacker do. So do we! ;D

Bangun dari tidur, kami merasa benar2 fresh. Setelah sarapan dengan air mineral dan snack yang dibeli kemarin malam, kami pun berjalan mencari toilet terdekat. Setelah itu kami menelusuri sepanjang pantai lagi dan sampai di reservasi  pohon bakau.
menikmati angin pantai pagi hari, segarrrr... :D
Tak puas dengan pantai, kami mencoba menjelajah ke dalam perkampungan hingga hutan bakau dan danau kecil yang kami temui di belakang. Di hutan kecil di belakang perkampungan nyamuknya bener2 ganasss! Sekalipun udah lari sampe jumpalitan nyamuk2 itu tetep keukeuh nemplok di kaki dan tangan. Sampe2 aku pun turun tangan mbantu nempokin nyamuk2 itu saking banyaknya. Untung akunya pake baju panjang jadi aman, hueheheh..
sebenarnya ini spot yg bagus buat foto -,-

Puas dengan jalan2 kami pun berhenti sejenak di pondok pinggir pantai untuk menikmati sarapan nasi uduk yang kami dapat dari penjual keliling. Menikmati sarapan di pinggir pantai itu hal yang benar2 tidak biasa dan itu mungkin yang membuat kami benar2 exciting melakukan apapun disini.
just a pict! :)
Sehabis sarapan dan bercanda dengan air laut, kami pun tertidur ditimpa angin sepoi2.. memang suasana yang sangat nyaman, kantuk pun tak dapat ditahan. Sejam tidur pun cukup membuat kami segar kembali. Beranjak dari pondo, kami memilih menyusuri timur pantai yang belum kami jamah. Ternyata dan ternyata disana ada pantai yang sepi dan jauh lebih bersih dari pesisir dekat dermaga yang kami telusuri dari kemarin. Beruntung kami masih sempat kesini dan berenang atau lebih tepatnya mengambang selama berjam2. Persis di pinggir pantai ada warung yang menjual es kelapa muda dan sekaligus menyewakan ban pelampung dengan harga yang sangat murah untuk daerah wisata. Untuk ban kecil dihargai 5ribu saja sedangkan ban besar 7ribu rupiah sepuuuasnya. Murah kan?
Well,Inilah best part dari petualangan pertama kami di Untung Jawa. Sampai kami lupa untuk mengabadikannya, hehehe. Well, I guess I cant tell u anything but we were floating in the sea with hands holding each other ^^
Selepas itu kami pun memutuskan untuk  pulang dan kembali ke Jakarta J
makan otak-otak enak dan murah! 

0 comments:

Post a Comment

 

my life in words Template by Ipietoon Cute Blog Design and Waterpark Gambang