Dia berdiri di hadapanku. Masih
seperti dulu. Tangannya terjuntai disamping tubuhnya yang tegap. Masih seperti
dulu. Dia mampu membuat jantungku melompat tak terkendali dan terjun sesaat dengan
kecepatan tinggi, mendarat, melemah dan akhirnya tenang terjinakkan.
Kupandangi
lelaki yang sudah setahun lebih tak kutemui ini. Lelaki yang dulu kucintai
sebagai cinta pertama masa remajaku. Delapan bulan menjalin kasih tersembunyi
dari keluarga dan juga kakak yang sudah menganggapk=nya sebagai saudara.
Masih
sama..senyumnya, hidungnya, matanya… matanya, aku berhenti di situ. Senyumku mengembang
tanpa kusadari.
“Yuk,
masuk!,” sambil mulai melangkah dia mengajakku masuk mall itu.
Ya,
masih seperti dulu. Kami berjalan tanpa bergandengan., layaknya teman. Pun ketika
kami dulu masih berpacaran, dia tak pernah menggamit tanganku di depan umum. Dia
baru akan memegang tanganku ketika akan menyebrang jalan atau ketika sedang
ngobrol santai di rumah. Yang jelas bukan di tempat umum. Katanya itu norak!. Aku
sendiri tak mengerti alasannya mengatakan hal itu.
Di dalam,
aku bisa lebih sedikit rileks. Mall ini sudah sangat jamak dengan keseharianku,
maklum paling dekat kampus. Mungkin dia yang lebih excited dengan mall ini karena baru pertama kesini. Sembari menjilat
eskrim di tangan, kami ngobrol kesana-kemari.
Hal2 biasa awalnya, tentang
kuliahku dan bagaimana tahun pertamaku ngekost
di ibukota. Aku berceloteh tentang perbedaan hidup semasa di kampung halaman
dengan disini. Juga tentang bagaimana teman2 baruku, bagaimana kuliah disini
yang berbeda dengan universitas lain, bagaimana seragam kami, bagaimana aku
jadi sering begadang karna mengerjakan tugas, bagaimana kehidupan kosan memang
lebih bebas ketimbang di rumah, dan bagaimana2 yang lainnya. Dia hanya tertawa
menanggapiku. Dia memang jarang bercerita. Dia selalu bertanya dan berhasil
memancingku untuk selalu yang berbicara. Dan memang aku selalu bersemangat untuk
urusan itu, haha. Imajinasiku selalu terbang seperti ketika aku mengalaminya. Bola
mataku bisa membulat, berseri, menajam, mengawang mengikuti alur cerita. Selalu
betah bercerita dengannya karna yang ku tau pasti, matanya tak akan lepas dari
mataku sepanjang mulutku bersuara. Tiba2, di tengah cerita dia berkata, “Mas
kangen kamu. “
Diam.
Saat itu aku langsung diam. Suaranya seperti gema dalam otakku, berulang2. Dan aku
tetap diam, entah mencerna entah merekam atau keduanya. Mata kami bertatapan. Semakin
membuat aku tak bisa menyembunyikan kegembiraan dan salah tingkah.
Dia tersenyum,
menggamit tanganku dan kami melangkah.
Dan rasa
ini membuncah semakin kentara. Bagaimanapun memang cinta pertama tak akan bisa
hilang begitu saja. Perpisahan yang menyakitkan waktu itu bukan karna kehendak
kami, tapi memang keadaan keluarga yang kami tau tak akan merestui. Dan alasan
itu jelas tak mampu membunuh perasaan yang dulu telah mekar sempurna.
Tidak,
jangan dikira kami akan selingkuh atau mengkhianati hubungan kami dengan
pasangan yang sekarang, sekali lagi tidak!. Kami tidak berniat untuk menjalin
hubungan bersama. Jalannya terlalu terjal. Kami bertemu di sini karna
inisiatifnya. Mumpung di Jakarta katanya.
Di tepi
jalan, kami bersalaman, berpamitan. Aku sudah menstop angkot bersiap untuk naik pulang ketika tiba2 dia menarik
tanganku,
“Kenapa??,
“ tanyaku heran.
Tak langsung
menjawab dia langsung melongok ke arah jendela penumpang di samping supir,
“Maaf,
Pak, gak jadi naik,”
Aku semakin
bertanya-tanya, “Kenapa Mas??”
Dia tersenyum,
“Kita jalan aja ya!”
“Iya!”,
jawabku riang.
Dan kami
pun melangkah di sepanjang trotoar. Aku katakan padanya kalau kosanku lumayan
jauh kalo ditempuh dengan 2 kaki seperti ini. Dia hanya mengangguk.
Entah
bagaimana, topik pun beralih menjadi topik seputar hubungan cinta masing2. Kami
bercerita apa adanya. Aku mengatakan kalo aku mencintai pasanganku yang
sekarang, karena kesabaran, perhatian, dan romantis. Sepertinya dia ikut
senang. Tapi dengan nasihat yang cukup panjang dia mewanti2 untuk selalu jaga
diri dan gak gampangan. Aku menjanjikannya hal itu.
Tak banyak
cerita dari mulutnya, hingga kami terdiam kehabisan kata. Sepertinya tak ada
yang menarik untuk dibicarakan, atau lebih tepatnya cerita tentang pasangan
ternyata jauh lebih menjemukan dari yang kami kira.
Lebih menyenangkan untuk
bernostalgia mengenang bagaimana kami bertemu dan bagaimana dulu kami pacaran
tanpa ketahuan keluargaku yang sudah menganggapnya anak sendiri. Menceritakan beratnya
memacari adik sahabatnya sendiri kakakku yang sudah dianggapnya saudara karena
kedekatan yang lebih dibanding teman yang lainnya.
Kami
terdiam lagi. Tidak, kali ini bukan kehabisan cerita. Tapi kami sama2
menerawang kembali ke masa lalu, menyisakan guratan senyum yang manis. Dan tanpa
peringatan apa2, dia berkata,
“Tahun
ini Mas akan menikah.”
Deg.
Telingaku menangkap jelas suaranya. Dan kali ini pun kata2nya menggema tanpa
kuminta, membuatku bisu. Aku menatap bola matanya. Kami berhenti berjalan.
“Tahun
ini Mas akan nikah”, ulangnya lagi.
Aku tak
meminta dia mengulang kata2 itu. Jelas aku mendengarnya. Dia kira aku tuli
apa?? Bodoh!! Bodoh sekali dia! Mataku memanas dan mengembun dengan cepat. Mengaburkan
pandanganku dan kelopak mataku tak sanggup menahan. Tes. Embun mata luruh
jatuh.
Dia menyeka.
Aku tersentak. Untuk apa??
Untuk
apa kau menyeka?? Untuk apa aku menangis?? Tak ada kesedihan, tak ada harapan
yang bertentangan, tak ada yang bertolak belakang. Hanya……kenapa secepat ini???
Inikah
tujuan pertemuan itu? Untuk memberitahuku kabar itu??
Dia memegang
tanganku. Kami melangkah lagi.
Sepanjang
jalan sampai di depan kosanku kami diam. Tak ada yang perlu ditanyakan atau
diperbincangkan lagi memang. Hanya tangannya yang lebih erat menggenggam
tanganku. Dia lebih sering menatapku sementara aku terus berjalan menatap ke
depan.
Kedepan,
beberapa bulan kedepan lagi dia akan menikah. Cinta pertama yang terputus dengan
berat dan masih tersimpan ini harus segera diremukkan kalo tak ingin lebih
sakit.
Remuk.
Kau sekarang tak membuat jantungku meloncat lagi karna kali ini sudah remuk dan
memang seharusnya telah remuk sedari dulu.
Di depan
kosan kami berpamitan. Mengucap doa untuk kebaikan kami masing2; semoga
kuliahku dan pernikahannya………lancar. Titik.
Never mind, I'll find someone like (better) you
I wish nothing but
the best for you too
Don't forget me, I
beg
I remember you said,
"Sometimes it
lasts in love but sometimes it hurts instead,
Sometimes it lasts
in love but sometimes it hurts instead, "
Yeah
(Adele-Someone
Like You)