Sunday 15 December 2013

Launching (part 3-end) :)


Oke, ini adalah part terakhir dari cerita panjang menuju kelahiran Juna, heheheh. If you’re boring, just leave now, I suggest! :p karna cerita ini bakal lebih panjang dari sebelumnya...
spare more time kalo emang mau niat baca ;)

Senin,18 Nov 2013 pukul 22.15
Malam itu aku cukup bisa tidur nyenyak setelah pulang dari dokter Nuke dan bercengkrama dengan Juna. Kali ini aku lebih pasrah, tak lagi mengajaknya untuk segera "keluar", tapi akan menunggunya dengan sabar. terserah Juna aja :)

Selasa, 19 Nov 2013 pukul 16.10
sore ini aku jalan2 ditemani Papa. Keliling kampung, lumayan jauhnya, sekitar 1.5 km. pulangnya malah beli gorengan banyak banget, dan habis! hahahaha, dasar pemamah!

Rabu, 20 Nov 2013
pukul 01.10
Malamnya, sekitar jam 1 dini hari aku merasa perutku mulas. Terpaksa bangun dari tidur, malas2 pergi ke toilet.  Beberapa kali ke toilet dan ternyata tidak buang air, aku malah dengan lugunya mengoleskan minyak kayu putih, pikirku pasti masuk angin. Papa yang sedang nonton bola mungkin penasaran dengan aku yang bolak-balik kamar mandi 10 menit sekali. Walopun laki-laki jelas Papa lebih pengalaman, ternyata ini adalah mulas pertanda akan melahirkan. Mama pun dibangunkan.
Ah, kenapa aku bodoh sekali tidak menyadari kontraksi se“indah” ini? Hahaha

Pukul 03.00
Malam itu, susah sekali rasanya untuk tidur nyenyak. Mata terpejam tapi pikiran menerawang. Aku putuskan sholat tahajjud dan hajad. Mama Papa pun gak bisa tidur. Perlengkapan untuk dibawa ke bidan sudah siap dari 2 minggu lalu. Mama malah bersih2 rumah, nyapu lantai, ngelapin piring. Salting! Ah, mama :))

Pukul 05.30
selepas mandi dan sholat, aku dan mama jalan2 pagi untuk terakhir kalinya sebelum melahirkan. Tapi setiap 5 menit sekali mulesnya datang. Jam 7 pagi kami ke bidan. Melakukan periksa dalam yang aduhai itu. Masih pembukaan satu. Kata bidannya: masih lama, kemungkinan besok baru lahir. Oh gosh, masih pembukaan satu tapi rasanya udah gelagepan tiap mulesnya datang.
Oke, kami pulang.

Pukul 09.30
Pagi ini gak bisa makan apa2. Interval mulesnya nambah jadi 4 menit sekali. Nafsu makan hilang. Papa menyiasati dengan mengupaskanku mangga yang paling ranum dari pohon di halaman kami sendiri. Nikmat. Aku makan mangga 1 buah besar. Alhamdulillah.

Pukul 14.00
Jam 2 siang mulesnya semakin hebat, bahkan berjalan saja rasanya udah gak kuat lagi. Interval sakitnya mungkin sudah 2 menit sekali. Entahlah, gak sempat lagi melihat jam.
Mama dan Papa sudah bingung gak karuan, padahal aku sendiri gak mengeluh sama sekali. masih berusaha menahan sakit. Kata mama, mukaku memerah tiap kali sakitnya datang.
Kami ke bidan lagi, periksa dalam, yang ajaibnya tidak sakit sama sekali. mungkin karna sakitnya diperiksa dalam gak ada apa2nya dibandingkan kontraksi.
Bukaan 5!!
Ya Allah, masih separuh jalan……
beri kekuatan.

Pukul 15.30
Aku disuruh untuk tetap di ranjang. Tiap kontraksinya datang, aku mengucap lafal2 sambil mengerang kesakitan. Semua menyuruhku untuk gak berteriak, menyimpan tenaga untuk mengejan nantinya.
Kontraksi sudah semenit sekali. mungkin kurang dari itu. rasanya baru beberapa kali nafas, sakitnya datang lagi. Tulang belakang serasa dicabut dari tempatnya, sakitnya sampai ubun2 kepala, kepala rasa berat, telinga mendengung, perut seperti diperas tak henti2nya. Seperti perpaduan yang ciamik antara sakit maag, kram perut saat haid di hari2 pertama, dan mulas karna kebanyakan makan cabe mangga. Sungguh rasanya ingin mengejan saat itu juga kalo asisten bidannya tidak dengan sabar mengatakan bahwa itu akan menyakiti bayinya karna lubang masih belum terbuka sempurna untuk mengeluarkannya. Ahh, tidak, tentu aku tak ingin menyakiti bayiku.

Pukul 16.00
Saat seperti ini aku melihat Mama dan Papa, betapa berdosanya aku pada mereka selama ini.
Aku teringat suamiku, ah belum bisa meminta maaf dan mencium tangannya. Semoga masih ada kesempatan.
Aku mencium tangan mama-papaku, meminta maaf dengan segenap kekuatanku untuk berbicara. Tak lagi ingin menyakiti mereka. Berdosa sekali rasanya saat itu. Mengingat segala dosa, kesalahan, kata2 yang tak sepantasnya telah keluar, kekhawatiran yang sudah ditimbulkan, ah kenapa bisa telat bertobat…
Suasana jadi haru. Saling memafkan, menangis, merapal doa.
Sakit semakin menjadi. Sebelum sempat bernafas panjang, sakitnya datang lagi. Ah, andai ada tangan Mz yang bisa kugenggam disaat seperti ini...

Pukul 17.00
Aku dipindahkan ke ruang bersalin. Diberi makanan yang enak, tapi rasanya susah sekali menelan. Aku hanya bisa minum susu kemasan.
Mamaku tak sanggup untuk menemaniku. Beliau takut darah, pun tak tega. Akhirnya aku ditemani dua tanteku (adik mama) di kamar bersalin bersama dua orang asisten bidan.
Bidan senior datang. Periksa dalam sekali lagi dan yap… Sudah hampir sempurna! Sudah bisa memulai persalinan. Tapi beliau pamit untuk shalat maghrib dulu. APAA?? Ahhh, aku sudah tak kuat lagi. Karna sudah mendengar bahwa sudah siap dimulai persalinan, aku langsung menarik nafas panjang dan langsung mengejan. Dibantu asisten bidan, aku mengejan setiap kali kontraksi datang. Kadang kontraksi baru datang 5 menit setelah kontraksi sebelumnya. Asisten bidan membantu untuk merangsang payudaraku supaya kontraksi segera datang lagi sebelum aku semakin lelah.
Aku sempat salah mengejan. Hasilnya jadi kurang kuat. Mungkin itu juga karena tak ada makanan yang masuk kecuali mangga dan susu. Energiku pun terkuras selama kontraksi sejak semalam tadi tak tidur. Sekarang, tiap kali mengejan, aku mutah. Membasahi dada dan leherku. Makin lemas aku setelahnya.
Yang membuat aku semangat untuk mengejan lagi adalah kala tante mengatakan rambutnya sangat lebat. Kepalanya sudah keliatan berarti! Aku cukup mengejan sekali lagi, katanya. Tapi beberapa kali kucoba mengejan, kepala itu tak kunjung keluar, malah semakin masuk kedalam.
Setelah mengejan beberapa kali dan saat dengan sigap bidan senior menggunting perineumku (istilah medis: episiotomy), Juna pun meluncur dengan sukses. Alhamdulillaaaaahh…


kira2, seperti inilah episiotomy ituuu..


Pukul 18.31
Bayiku ditangkap oleh bidan dengan sigap. Juna menangis dengan kencangnya, mengundang semuanya untuk bertakbir dan berlafadz menyebut nama Allah..Alhamdulillah, MasyAllah, Allahuakbar..
Di luar kamar bersalin, semua keluarga dan kerabat yang menunggu, tak kalah seru mengucapkan puji syukur.
Ah lega rasanya..
Dua asisten bidan dengan telaten membersihkan badan dan seluruh darah yang bercecer. Sementara bidan senior membersihkan Juna dengan kain.
Kakak lelakiku, Adi, masuk ke dalam ruang bersalin, mengadzani Juna dan berdoa dengan khusyuk.
Kini Juna diletakkan di atas perutku. Tengkurap berjuang mencari sumber kehidupannya, ASI. Melihatnya berjuang naik menuju putting susuku, air mataku mengalir haru. Akhirnya kami bertemu. Akhirnya kami berhasil melewatinya. Hampir sepuluh bulan kehamilan, penantian di hari2 terakhir kehamilan yang terasa sangat lama, perjuangan merasakan sakitnya kontraksi dan perjuangannya untuk keluar dari lubang yang sangat sempit..
aku menciumi tangannya, rambutnya, kening, semuanya..
badannya merah, mata dan pipinya bengkak, bulumatanya lentik, cantik!
Hampir sejam lamanya dia berjuang menuju dadaku, tapi mungkin dia terlalu lelah berjuang untuk keluar tadi, sesampainya di atas, dia malah tertidur..hahahah lucunyaa..
Saat asisten bidan akan mengambilnya, aku masih belum rela melepasnya. Aku meminta tambahan waktu 5 menit lagi untuk menciuminya sebelum dia dipindahkan.
Ah ya, selama proses IMD itu, bidan menjahit perineumku. Sudah dibius local, tapi masih terasa sakit. Dibandingkan kontraksi tadi, sungguh sakit ini bukan apa2 untuk dikeluhkan. Apalagi sudah ada Juna di atas badanku, penawar paling ampuh untuk segala sakit


Kamis, 21 Nov 2013 Pukul 06.30
Keesokan paginya, Juna dimandikan oleh bidan. Dijarin step by stepnya, cara menggantikan kasa untuk pusarnya, seberapa hangat airnya, dll.
Juna kami bawa pulang pukul 07.30
Walopun masih sangat sulit untuk berjalan karna jahitan yang nyeri, tapi aku keukeuh menggendong dan memangku sendiri Arjunaku. Rasanya gak ingin lepas walopun sebentar,
Pukul 09.00 pagi, Mz datang dengan  penerbangan paling pagi dari sana. Ijin 2 hari, hihihi.
Tatapannya beda dibanding tatapannya terakhir kali sebelum dia berangkat ke Jakarta. Lebih hangat.
ah, lihatlah dia menggendong bayi kami.. keturunannya, darah dagingnya, kebanggaannya :)
Walopun lahiran Juna gak ditemenin Mz, tapi melahirkannya secara normal dan sehat sudah jauh dari cukup untuk bersyukur pada Allah. Lengkap sudah kebahagiaan ini. 
Assalamualaikum, Arjuna Canggih Baswara..
semoga kami bisa menjadi orangtua yang baik bagimu, :)



Friday 13 December 2013

Launching (part 2)



Sekarang Mz udah di Jakarta. Harusnya aku enggak ngebebani pikiran Mz dengan segala kecemasanku.
Hari ini, Senin, sehari setelah Mz balik ke Jakarta, aku ditemenin Papa buat control lagi keobgyn tersohor di Malang. Ini Obgyn yg nangani kelahiran Kakak sulungku dulu, berarti sekitar 30an tahun yang lalu. WOW~ berarti udah sepuh dong yaaa.. udah sangat berpengalaman alias khatam lah sama urusan janin begini,hihihi.
Sebelumnya pernah kesini juga sama Mz. Aku masuk sendirian. Pas di usg, diliat kalo semuanya masih oke. Dokter gak ngejelasin sih okenya itu kaya gimana. Tapi pas beliau itung ini udah hari 12 dari HPL (which is max 14 hari dari HPL bayi harus udah dikeluarkan) dokter sangat menyarankan buat dilakukan induksi atau operasi cesar (SC).
Oke, aku sudah pernah membayangkan hal ini sebelumnya. Pernah baca2 juga di blog dan berita. Aku bukan orang yang awam banget buat tau apa itu SC, induksi, dan segala konsekuensinya. Tapi mendengarkannya langsung dari dokter ternyata cukup bikin aku shock.
Dokter sepertinya tau kalo aku kaget mendengar berita ini. Muka mungkin udah pucet kaya habis dikabarin kalo gak lulus UAN. Beliau meminta aku memanggil Papa di luar, supaya bisa ngejelasin langsung ke Papa. Dokter bilang bahwa harus segera dilakukan tindakan sebelum janinnya kenapa2. Kebetulan air ketubanku masih cukup dan bagus, jadi masih bisa dilakukan induksi dulu. Tapi kalo sudah sedikit dan kualitasnya jelek, harus segera dicesar. Dokter menyarankan untuk segera menginap di rumah sakit malam ini. 
Astaga, secepat itukah??

Saat itu rasanya aku harus segera keluar dari ruangan. Sulit rasanya bisa berpikir jernih dan tenang disaat mendengar dokter menjelaskan segala hal perihal cesar dan tetek bengeknya. Impian untuk lahiran normal rasanya hampir lepas. Tapi tanganku masih tergenggam erat.

Keluar dari ruangan, aku mencari kursi panjang dan bersandar. Papa duduk di samping, menatapku dalam tak berkata apa2. Aku cemas tapi otakku berputar lebih cepat. Konsekuensi ada di depan mata, tapi kecil kemungkinan itu masih bisa dikejar. Aku harus menemukan opini kedua! 

Aku jelaskan pada Papa bahwa aku harus mendapatkan keterangan dari dokter yang lain, yang memang meyakinkanku bahwa induksi/cesar adalah jalan satu2nya. Kalo memang dokter lain mengatakan hal itu, mungkin mentalku akan lebih siap menerimanya. Selama masih ada kemungkinan untuk melahirkan normal, maka aku akan memperjuangkannya. Masih ada waktu sampai besok pagi.

Aku pun langsung ambil hape dan browsing tentang obgyn lain yang recommended di Malang. Sekedar mencari second opinion yang mungkin membuatku lebih baik, mengeluarkan uang beberapa rupiah tak kan jadi soal bukan? Akhirnya ketemulah nama dr.Nuke. Beliau praktik di Jl. Cerme.
Diantar Papa yang hanya mengiyakan aku, kami langsung mencari alamatnya. Ternyata pasien yg datang baru aku. Aku datang sejam sebelum jadwal praktiknya. Bisa jadi pasien pertama. Gak sabar rasanya bertemu dokter ini.
But I was totally wrong! nomor antrianku bukan yg pertama walopun udah datang jam 7, tapi nomor 40an. Ternyata antrinya bisa lewat telpon. Baru nomor 5 saja aku sudah menunggu 1 jam. Subhanallah..Sampe jam berapa aku bakal menunggu??

Resepsionis bilang kalo dokter pernah praktik sampe jam 2 pagi saking banyaknya pasien.  Harus nunggu selama itu kah? Pilihan untuk cari dokter lagi aku urungkan justru karna melihat antrian pasien yang sebanyak ini. Berarti dokter Nuke memang bagus sampe dibelain antri dan periksa dini hari kan??

Aku pun akhirnya berbicara dengan resepsionis di bagian informasi. Aku katakan bahwa aku bukan control rutin seperti ibu2 yg lain. Aku khusus datang kesini untuk mencari second opinion sebelum besok aku akan melahirkan secara induksi/cesar. Akhirnya dia mengijinkanku masuk disela nomor antrian. Alhamdulillah.

Aku masuk dan ketemu dr.Nuke.
Kesan pertama yang kudapat adalah beliau sangat ramah. Setelah ditanya2, hitung HPL, dll akhirnya disuruh rebahan buat di USG. Nah kelebihan di dr.Nuke ini (yang gak didapat di tempat lain) adalah dokternya ngejelasin secara detail apa2 yang terlihat di layar usg. Trus diketik juga gitu, ini aer ketubannya, ini kaki bayinya, tulang punggungnya, dll.. pokoknya sampe detail banget. Trus hasil print out yg dikasih ke kita udah ada tulisan2 keterangannya gitu. Secara orang awam kalo baca hasil usg kan liatnya cuma hitam putih aja ya, kalo gak diterangin begini mana tauuu.. hahahaha..
Dokter bilang kalo kepalanya udah masuk (all doctors I’d met say soo), udah siap lahir.. mungkin emang tinggal nunggu aja. Trus dokter nawarin buat “Periksa Dalam”. Well, sebelum merasakan apa itu periksa dalam, aku gak ngeh sama sekali. Ditawarin mah Cuma bilang ho’oh aja. Jadi posisi kaki kita udah kaya orang lahiran gitu. Celana jelas udah dilepas dong yaaaa.. trus jari dokternya dimasukin buat ngecek di dalem udah bukaan berapa. Iya, dimasukin!! Rasanya??  istimewaaaaaaahhh pokoknyaa
Kapok deh periksa dalam kaya gitu! Gak lagi lagiiii…
Tapi setelah itu dokternya bilang sesuatu yang bikin seneng bukan maen.. Beliau bilang kalo aku udah bukaan satu!

Berbinar dong yaaaa rasanya…Alhamdulillah wa syukurilaaaah, ternyata udah bukaan satu dan gak berasa apa2. Sakitnya periksa dalem berasa ilang lenyap saking senengnya. Hehehe.
Dokter bilang kalo ini Cuma tinggal nunggu waktu aja. dan meyakinkan kalo gak perlu diinduksi atau cesar. Bisa ditunggu maksimal 3 hari lagi. Kalo sampe 3 hari belum lahir juga, dokter bilang suruh datang lagi kesana dan dipastikan untuk cesar karna bayi sudah terlalu lama di dalam rahim.
Kalimat terakhir dokter yang bikin senyum sampe pulang: “kayaknya Mbak gak bakalan kesini lagi”, kata dokternya sambil senyum. 

Ahhh, lega sekali habis ketemu dokter Nuke. Seorang dokter yang gak hanya bisa meriksa, tapi bisa meyakinkan pasiennya, memberikan harapan sekaligus memasrahkan pada Tuhan, memberi penjelasan pun motivasi yang enak didengar, tak menakuti tapi memberi tau segala konsekuensi.
Keputusan yang tepat untuk ketemu dokter Nuke malam ini. Hati lebih tenang. Setidaknya masih ada 3 hari lagi untuk menunggu Juna keluar secara alami. Semoga!

Thursday 12 December 2013

Launching :D (part 1)


OKTOBER 2013
Sejak tanggal 17 Oktober atau sekitar 2 minggu ini aku sudah mengajukan cuti melahirkan, lebih tepatnya ijin melahirkan sih karna statusku baru CPNS, hehehe. Bukan gak ada alasan ngajuin cuti cepet kaya gini, baru aja magang 2 minggu udah ngajuin cuti, hihhihi, ini sebenernya karna pas dibonceng temen ke kantor tiap harinya, perutku langsung kenceng banget karna jalanan yg gak rata (buat yg hamil tua). Jadinya malah nyampe kantor perut berasa tegang sampe setengah jam dan agak nyilu. Pas nyoba periksa ke dokter kandungan, eh si dokter tau dong, dia bilang gini “Perutnya jangan sering kena goncangan ya Bu, karna kepala bayinya sudah masuk, kasian bayinya” . Deg. Kasian Junaaa :( Untungnya Juna (yaaa,aku sudah menamainya Arjuna mwehehe) gak papa, puji syukur Alhamdulillah.
Fixed, sejak saat itu aku pun kekeuh ngurus cuti melahirkan lebih cepat dari rencana (rencana akhir oktober). Dan Alhamdulillah dibantu sama Mz, proses cuti lancar gak ada kendala. Time to prepare body and soul buat lahiran ntar, yihaaaaa :’D


NOVEMBER 2013
Akhinya sampai juga di bulan ini. Itu artinya seminggu lagi hari lahirnya Juna, kata dokter sih begituuu , HPL nya tanggal 7 November. InsyAllah.
Pengennya kalo lahiran apalagi lahiran anak pertama, pasti ditemenin suami kan ya? Aku sama kaya ibu2 kebanyakan.. pengen ditemenin juga.
Akhirnya dengan segala bujuk rayu supaya Mz bisa nemenin aku di hari2 terakhir kehamilan sampe bayi procot keluar, Mz pun setuju buat ngabisin cuti tahunan yg tersisa.
Terhitung mulai tanggal 5 November Mz cuti, pulang ke Malang.
Seneng dong yaaa.. sehari2 bisa makan berdua lagii, perutku dielus2 setiap saat, kakiku dipijetin, rambut disisirin, minta apa2 diturutin, mau kemana dijabanin, periksa ke bidan n obgyn ditemenin, jalan2 pagi sambil cerita2, mandi disabunin *tiiiit* sensor :D pokoknya berasa dimanja pake banget laah kalo ada suami. Seneeeng :D
dan sekarang udah tanggal 7 lho. itu artinya HPL sesuai perkiraan dokter. Harusnya aku udah lahiran ya sekarang? tapi kok gak berasa mules2 sama sekali ya?
hmm.. mungkin besok..
atau besok lusa..

.. dan masih belum ada mules yang ditunggu2 sampai tanggal 10..
11..
12..
13....
Well, mungkin obgynnya slah hitung, hahhaa, anggep aja begitu. Atau mungkin Juna masih betah di dalem, kan kapan lagi ya bisa ngendon anget di rahim seperti ini? *sok menenangkan diri* berfikir positif itu harus! aku gak boleh mikir yang macem2 kalo kata Mz, karna ntar bisa ngaruh ke Juna. Oke,  al is well, gak ada yg perlu dicemasin Fril. Telat seminggu udah biasa kok, kalo telat 2 minggu tuh baruu…
Oke sekarang udah tanggal 16 dan masih aja belum ada tanda2 yang ditunggu bakalan muncul. Gak ada flek. Gak ada mules sama sekali.
Mulai cemas dong yaa, mulai gak suka dan sedikit terganggu dengan pertanyaan2 yang nanyain kapan aku lahiran. Iyasih awalnya aku menganggap itu sebagi sebuah perhatian. Tapi maiin kesinii....?? Mz akhirnya nyaranin aku gak buka media sosial lagi supaya aku gak terganggu dengan pertanyaan2 itu. Aku manut. Aku berhenti buka FB dan twitter sementara ini. Palingan aku wasapan sama sahabat2ku: Tria, Kukuh, Isna. They know me in&outside like a clear jam, there's nothing hide from them.
Oke, semakin hari aku gak bisa tenang. Segala cara induksi alami yang dokter bilang udah kami telatenin tiap ada kesempatan. Pernah suatu pagi aku nge-flek tapi ternyata itu flek karna aku kecapaian habis jalan pagi 2km sama Mz. Pernah juga perut mules gak ketulungan, bolak balik toilet. Ternyata mulesnya karna kebanyakan makan mangga. Ah, padahal ngarepnya mules dan flek itu tanda bakal lahiran.
Makin hari sedihku makin keliatan. Aku lebih banyak diam. sSAtu2nya yang bisa bikin aku agak tenang adalah pas sholat dan pas periksa ke dokter. Entah sudah berapa kali dalam 10 hari ini aku ke obgyn dan bidan. Dan semuanya bilang masih bagus, gak ada apa2, cuma disuruh sabar.
Duh, Gustiiii... kalo ada yang jualan sabar, aku mau borong semuaaa..
there's nothing we could do but waiting with a bunch of hope.
Well yeah, cutinya Mz tinggal beberapa hari lagi. Pikiran yang selama ini aku tekan supaya gak keluar akhirnya nge-popup secara beruntun dan bertubi.
Gimana kalo akhirnya Mz gak bisa nemenin aku lahiran??
Siapa yang nemenin aku lahiran dan megangin aku di kamar bersalin??
Masa Mz gak ngadzanin anak pertama kami?
Gimana kalo ntar Juna kenapa2 di dalem?
Huhuhu. Sedih gak bisa dibendung.. tiap malem aku peluk dan ciumin bajunya Juna.. kapan aku bisa makein baju itu buat dia. Semakin banyak juga yg nanyain: "Kapan lahiran??" Ahh sebel! Mereka kaya gak ngerti aja Ibunya ini juga udah nunggu hampir senewen. Mz juga udah kehilangan kata2 buat nenangin dan ngehibur aku. Sebenernya aku tau kalo Mz juga sama gelisahnya, tapi selama ini dia berhasil stay cool supaya bisa nenangin aku.
Sudah tanggal 17 November. Ini hari terakhir Mz disini. Besoknya dia harus udah kerja. Minggu malam ini dia berangkat ke Jakarta. Bener2 dicari penerbangan paling malem supaya masih ada kesempatan buat kalo sewaktu-waktu aku mules mau lahiran.
Tapi nihil. Juna belum nunjukkin tanda2 mau keluar.
Pas pamitan dan cium tangan Mz, tangisku pecah. Rasanya bener2 berat banget mau nglepas dia kali ini. Selama ini segala gelisah dan cemas cuma terucap di doa dan sandaran bahunya. Di luar, di hadapan semua orang, tentu saja aku tersenyum sambil bilang: mungkin belum saatnya Juna lahir. Mereka gak tau seberapa dalam pertanyaan sok perhatian itu bener2 menyesakkan dada. Ini juga pelajaran moral buatku sendiri, kalo pertanyaan perhatian semacam itu kadang sungguh sangat tak berguna, justru malah mengecilkan empati kita. Mungkin sebuah pelukan tanpa pertanyaan justru akan lebih melegakan, malah mungkin akan membuat cerita yang selama itu dipendam bisa keluar tanpa diminta.





 

my life in words Template by Ipietoon Cute Blog Design and Waterpark Gambang